Dengan Kultur Jaringan, BSIP TAS Siap Penuhi Benih Tebu Kebutuhan Gapgindo
Kebutuhan benih tebu yang dikembangkan lewat budidaya kultur jaringan siap dipenuhi Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Tanaman Pemanis dan Serat (BSIP TAS), Kementerian Pertanian (Kementan). Paparan tersebut disampaikan kepada Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo), menyusul Nota Kesepahaman yang ditandatangani kedua pihak sebelumnya.
“Kami siap menyediakan benih tebu yang dibutuhkan stakeholder sesuai dengan kemampuan kapasitas laboratrorium dan sarana pendukung lainnya,” ujar Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen (BPSI) Tanaman Pemanis dan Serat Dr Andy Wijanarko, SP, MSi, kepada Agronet, Selasa (28/5/2024).
Dalam satu tahun, BSIP TAS mampu memproduksi 5,3 juta mata benih tebu kelas G1 setara Kebun Benih Induk (KBI). Mata benih itu dapat ditanamkan di lahan sekitar 88 hektare. Lebih jauh, benih itu dapat diturunkan menjadi Kebun Benih Datar (KBD) sebanyak 31,8 juta mata.
Andy menyebutkan, benih-benih yang dihasilkan BSIP TAS memiliki mutu terstandar yang dijamin melalui proses sertifikasi mutu. Proses sertifikasi itu dilakukan oleh lembaga yang berwenang, yaitu UPY Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan di bawah Kementan.
Menurut keterangan tertulis BSIP TAS, kultur jaringan tanaman adalah teknik perbanyakan tanaman dari bagian tanaman atau ekaplan. Teknik ini dilakukan pada media buatan yang steril untuk membentuk tanaman yang utuh.
Ada sejumlah keunggulan jika perbanyakan menggunakan teknik kultur jaringan. Keunggulan itu antara lain, benih yang dihasilkan memiliki karakter yang sesuai induknya. Ini menguntungkan karena benih memiliki kemampuan dan daya tahan yang sama dengan induknya.
Keunggulan lain dari teknik kultur jaringan adalah performa benih seragam, bebas hama dan penyakit, serta waktu produksi benih pun lebih cepat. Tak hanya itu, jumlah benih yang dihasilkan pun massal, tidak tergantung musim, serta lebih mudah disebarkan.
Siap pendampingan laboratorium
Saat ini Gapgindo beranggotakan delapan pabrik gula dan dua di antaranya memiliki lahan tebu yang spesifik, yaitu rawa dan lahan kering berbatu. Menurut Ketua Umum Gapgindo, Syukur Iwantoro, ada dua anggota Gapgindo sudah memiliki laboratorium benih unggul hasil kultur jaringan yaitu PT Rajawali I dan PT Muria Sumba Manis. Berikutnya, PT Rejoso Manis Indo dan PT Pratama Nusantara Sakti juga akan memiliki laboratorium sendiri.
“Kami berharap, nanti laboratorium-laboratorium tersebut akan mendapat pendampingan,” ujar Syukur kepada Agronet.
Hal itu disambut Andy dan jajarannya untuk melakukan pendampingan jika dibutuhkan. “Kami siap jika ada laboratorium pabrik gula anggota Gapgindo yang bekerja sama dengan kami, sehingga dapat dilakukan pendampingan laboratorium kultur jaringan tebu,” kata Andy.